Sabtu, 01 April 2017

Mengaktifkan Siswa dan Guru dengan PAKEM

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya,
mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikkan konsep
yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya; bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan, dan
kebersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa
karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipahami
karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk
nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film,
peragaan, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata)
dan lebih mudah dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak terlibat
dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut
suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak menemukan
sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah
menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas
misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat
aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam kegiatan
pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses
penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman
sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi.
Edgar Dale (1946) yang menunjukkan macam media atau
kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan
tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang bergantung
hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstrakan paling
tinggi, sedangkan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan
menerapkan suatu konsep memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang
bijak dari Timur, sebagai berikut:
a. Yang saya dengar, saya lupa
b. Yang saya lihat, saya ingat
c. Yang saya kerjakan, saya pahami
Melv in L. Silberman penulis “101 Cara Belajar Aktif” mendukung juga keaktifan siswa
untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan:
d. Yang saya dengar, saya lupa
e. Yang saya dengar dan lihat, saya ingat
f. Yang saya dengar, lihat, tanyakan, atau diskusikan, saya mulai pahami
g. Yang saya dengar, lihat, dan diskusikan, serta lakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilan
h. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar